Berhubung dengan lomba Seribu Satu Cerita Bersama DomaiNesia dari Domainesia, saya akan bercerita tentang pengalaman saya ngeblog dan membuat website, dari zaman masih alay hingga zaman now. Hadirnya Website ini, Takatik, bukan tanpa cerita. Ada banyak kisah suka dan duka selama saya berpetualang di dunia blogging dan website.
Buckle up, it’s gonna be a long story.
Abi mengenalkanku ke Bloggingsphere
2010. Baru lulus dari Pesantren Bina Umat di Sleman, Yogyakarta, saya diterima di SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan. Berarti saya harus hijrah ke tempat baru, lingkungan baru. Yang dulunya lingkungan serba ketat dan diatur, kini saya memasuki dunia bebas dan banyak pilihan – ala Jakarta (deket sih, hehe). Dulu akses HP dilarang, Komputer terbatas – kini tersedia di mana-mana. Muncullah banyak kesempatan baru.
Tahun pertama sekolah, sekeluarga belum pindah. Hanya ada saya dan bapak saya, dalam satu kos. Akses Internet hanya bisa melalui HP jadul Sony Ericsson (K 300i, remember?), Warnet di seitar kosan, dan Netbook milih Abi (Ayah) – ketika beliau pulang dari kantor. Ketika kebanyakan teman sebaya saya orangtuanya masih awam soal teknologi, keluarga saya justru sebaliknya. Abi-lah yang mengenalkan saya ke Internet, E-mail, Facebook, dll. Termasuk ke dunia Blogging.
Di suatu malam, setelah Abi pulang, Abi mengajarkan saya bagaimana saya membuat blog sendiri menggunakan Blogger. Di sinilah saya diajarkan bagaimana membuat homepage sendiri, membuat dan memasukkan artikel, memasang dan kustomisasi tema, dll.
Untuk pertama kalinya saya merasakan kesenangan dan kebanggaan tersendiri, ketika saya bisa membuat laman sendiri di Internet. Walau hanya sekadar Blog. All thanks to him, Abi.
Dulu ada satu momen, ada tugas TIK di kelas saya. Semua siswa di kelas harus membuat blog, dan esoknya setiap blog akan ditampilkan. Benar saja, esok harinya Bu Rohmah membawa proyektor, dan setiap blog Ibu buka satu per satu. Begitu ia buka blog saya, kelas yang tadi sepi mendadak kaget, karena tiba-tiba secara otomatis memutar lagu dan video klip lagu Maher Zain – Insya Allah di widget kanan blog saya dengan full volume.
Alay memang, untuk standar zaman now hehehe.
Tak ada komputer, mobile pun jadi
Komputer adalah satu hal yang paling saya demenin sejak kecil. SD kelas 3, saya menabung hingga Rp 600 ribu – ditambah orang tua Rp 200 ribu, untuk sebuah komputer Pentium 1. Sayangnya komputer itu sudah lama rusak, dan pada awal masuk SMA saya belum punya komputer baru.
Tahun kedua SMA, sekeluarga di Jogja akhirnya pindah juga ke Kota Tangerang Selatan. Akhirnya ada juga komputer dari rumah lama. Namun, pada saat itu keluarga belum memasang Internet di rumah baru. Kalau sekarang solusinya bisa berupa tethering dari HP Android/iPhone, dulu berbeda. Saya harus mengubah HP saya menjadi Modem, koneksinya pun maks hanya 50 KB/s.
Akhirnya, selain ke warnet, satu-satunya opsi terakhir adalah HP saya, yang kini menjadi Nokia N70 bekas dipakai Abi. Di sela-sela waktu, sebelum ada Google Playstore (Android sih, wkwk), saya suka browsing-browsing cari aplikasi-aplikasi dan tips, trik untuk HP saya. Di sinilah saya menyadari, kalau banyak dari hasil pencarian yang saya temukan menggunakan platform yang sama – Mywapblog. Saya pun penasaran.
Ternyata, Mywapblog, seperti Blogger, adalah media blogging untuk kalangan pengguna mobile. Semua orang bisa membuat blognya sendiri, langsung dari keypad handphone masing-masing. Tak lama setelah itu, saya membuat blog mobile saya sendiri.
Blogging dari mobile sendiri pun banyak sekali tantangan tersendirinya. Tidak seperti blogger yang dalam pengetikan sudah dimudahkan (ada alat untuk ganti font, tulisan miring, bold, dll), di Mywapblog mau tidak mau saya harus belajar BB Code dan HTML. Karena browser di OS Symbian dan sejenisnya tidak mendukung javascript. Ngetik dengan keypad pegelnya minta ampun!
Di Mywapblog saya bertemu dengan banyak teman-teman dunia maya baru, yang saya belajar banyak dari mereka. Bahkan ada satu teman saya, (Eka kalau tidak salah namanya.), yang bersedia membuatkan tema mobile untuk saya. Saling blogwalking, saling follow, komentar, dll. Senang rasanya ketika saya mendapat notifikasi baru, entah berupa itu PM atau komentar baru.
Tercatat sebelum N70 saya kembali rusak (makasih banyak lho Wisnu Erlangga, sempat bayarin untuk servis) , saya sudah menulis kurang lebih 90 artikel, dengan total 120.000 views. Yang saya tulis macam-macam. Dari cara utak-atik Symbian, teori konspirasi, sharing aplikasi, hingga cerita sehari-hari.
Sayang, pada November tahun 2016 lalu, Mywapblog tutup untuk selamanya. Begitu pula untuk blog saya. Goodbye sweet memories…
Jatuh bangun pasca Drop-out
Fast forward, saya sudah lulus SMA, dan sedang menjalani kuliah di Telkom University, Bandung – jurusan Desain Komunikasi Visual. Selama di sini saya punya banyak kebiasaan-kebiasaan buruk yang terus bertumpuk — dan berujung pada salah satu kesalahan terbesar dalam hidup saya. Malas, moody, sering begadang, dll…
Setelah dua tahun, tepatnya sebelum masuk semester 5, saya harus Drop-Out (DO).
Sudah 2 semester yang saya lewatkan, sudah terlalu banyak mata kuliah yang harus diulang, rasa malu dan sesal sudah tak tertahan. Akan tetapi, orang tua tetap tidak menyerah. Abi dan Bunda memberi saya opsi lain, yaitu mengikuti sebuah Pesantren di Magetan. Sintesa namanya.
Pesantren Sintesa, tidak seperti kebanyakan pesantren lainnya. Pesantren ini tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tapi juga mengajarkan membuat Website, Internet Marketing dan SEO (Search Engine Optimization). Pendirinya adalah Mas Vatih, seorang Hafidz (Hafal Qur’an) yang tak hanya mengerti Agama, tapi juga Tech-savvy. Gamer juga lho.
Kenapa namanya Takatik?
Saya ingin membuat website yang berisi sharing seputar hobi saya, yaitu utak-atik seputar teknologi. Jadilah “Takatik – Informasi Utak-atik”. Isinya macam-macam, dari cara utak-atik desain, game, komputer, hingga cerita isi hati sendiri. Di Sintesa lah saya diajarkan bagaimana caranya mengubah hobi dan ilmu yang saya punya menjadi penghasilan pasif.
Beberapa bulan pertama saya diajarkan bagaimana caranya membuat konten website kita dikunjungi banyak orang. Yang namanya SEO, kata Mas Vatih, terkadang tergantung rezeki. Ada yang sudah berusaha sekuat mungkin mengaplikasikan apa yang sudah dipelajari, tetapi kontennya belum juga sampai di halaman pertama. Ada yang baru usaha sedikit, kontennya langsung di halaman pertama dan dapat banyak pengunjung.
Takatik sendiri baru ramai sekitar 2-3 bulan setelah dibuat. Walaupun sebenarnya saya waktu itu masih kalah dengan teman-teman se-pesantren lainnya.
Sayang, tak sampai selesai saya belajar di sini.
Sekitar Januari 2016, saya harus keluar dari Sintesa. Ada banyak kesalahan karena masih banyaknya kebiasaan buruk yang ada pada diri saya pada saat itu. Saya harus pulang menanggung malu, menghadap kepada orangtua dengan segala kenyataan yang ada.
Namun, dengan segala kesalahan yang sudah saya lakukan, orang tua tidak memutus rasa kasih sayang mereka. Mereka terus memberi support dengan berbagai cara, seperti mencarikan training, lowongan dan kesempatan kerja, dan doa yang tak henti-hentinya.
Tak lama kemudian, masa ‘numpang’ di hosting milik pesantren sudah habis. Waktu itu semua santri harus cari hosting sendiri, termasuk saya yang sudah dikeluarkan. Sungkan meminta uang ke orang tua, akhirnya Takatik tak ada domain. Malu komunikasi dengan pihak pesantren menyebabkan hilangnya data website.
Maret 2016, Takatik terpaksa mati suri.
Pertolongan dari arah yang tidak disangka-sangka
Selama kurang lebih 2 bulan setelah dikeluarkan dari Sintesa, saya sudah mencoba banyak hal. Mengurus website milik saudara, order desain kecil-kecilan, melamar kerja, dsb. Gambaran saya waktu itu adalah, “Saya harus dapat kerja!”.
Akan tetapi, Allah memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
Arinaldo Edo. Edo namanya. Sempat satu kos selama 2 semester. Teman jalan-jalan, tempat saling bertukar pikiran dan curhatan. Beberapa hari setelah saya melamar kerja di Serpong, saya mendapat pesan chat darinya,
“Ya’ apa kabar?”
“Nah ini ya kita dari FabLab Bandung mau nawarin lu kerjaan“
“Lu ngerti pengelolaan website kan?”
Singkat cerita, Edo mengajak saya untuk menjadi Volunteer bidang Multimedia dan Dokumentasi di FabLab Bandung, sebuah organisasi non-profit yang fokus di bidang edukasi dan kreatifitas. Tak lama setelah orangtua mengizinkan, saya kembali ke kota penuh kenangan suka dan duka kuliah saya, Bandung.
Tidak main-main. Saking seriusnya Edo dan Mas Alad (Manajer FabLab Bandung 2015-2017) untuk membantu saya berubah dan bangkit dari kesalahan, segala bantuan materi dan non-materi mereka kerahkan. Bahkan sampai kosan pun, Edo yang membayar!
Tugas pertama saya di FabLab Bandung: renovasi website yang masih berantakan.
Padahal, saya belum begitu bisa coding!
Lha, terus gimana cara merenovasinya? Berbekal ilmu dari Sintesa, pengalaman mengurus website milik saudara, dan semangat utak-atik (hehe), saya mengutak-atik dengan cara yang saya ketahui. Googling, right click > Inspect element, dll.
Selain belajar mengurus website, saya diajarkan untuk siap menghadapi dunia kerja, di mana pun nanti saya akan berada. Mas Alad dengan keras dan tegasnya menggembleng saya. Walaupun tidak dipungkiri, selama di sana saya juga masih membuat kesalahan. Dengan segala kemarahannya, Mas Alad adalah salah satu teman terbaik saya – yang mau, berani memaparkan benar dan salah yang ada pada diri saya, apa adanya.
Sekitar 3-4 bulan kemudian, Alhamdulillah, renovasi tampilan depan FabLab Bandung selesai. Disusul dengan penambahan konten dan maintain website berkelanjutan.
Kembalinya Takatik
Alhamdulillaah, dengan ilmu dan pengalaman yang Allah limpahkan, selama saya di Bandung saya sempat mengerjakan beberapa sambilan pembuatan web. Beberapa di antaranya adalah Alliterature, Sukanusantara (dulu website tour & travel, sekarang sudah diambil alih toko sepatu, huhu), Villazone (Kosan tempat saya tinggal), dan beberapa project web lainnya.
Agustus 2017. Sudah setahun lebih berlalu. Setelah memenuhi target menjadi Volunteer selama setahun, Mas Alad menyarankan saya untuk mulai mencari pekerjaan, sampingan ataupun tetap. Saya sempat menjadi video editor film pendek milik teman, melayani perbaikan website, dan sampingan-sampingan lainnya.
Takdir berkata lain. Setelah mendapat saran dari Abi, saya bergegas untuk mengikuti Rumah Tahfidz Al Qur’an Utsmani di Trihanggo, Sleman, Yogyakarta. Sempat terpikir akan kesalahan lama saya di Sintesa. Bismillah, saya coba untuk memberanikan diri.
Lalu, gimana dengan kisah kembalinya Takatik?
Kembali lagi ke pertengahan 2016 lalu, saya memutuskan untuk menjual domain Takatik ke teman saya, dengan niat agar Takatik bisa diurus secara bersama-sama, sehingga lebih mudah. Pada kenyataannya, bermacam kondisi membuat kami berdua belum bisa menyentuh Takatik.
Baru setelah sebulan pertama di Rumah Tahfidz Utsmani, saya kuatkan niat lagi untuk mengaktifkan lagi Takatik. Saya hubungi kembali teman saya, berkomunikasi dengan Domainesia, kumpulkan duit yang ada.
Data website memang sudah hilang. Tapi cara selalu ada. Gunakan Wayback machine! Wayback machine adalah sebuah website yang tergabung dari Internet Archive, organisasi non-profit yang berbasis di San Francisco, USA. Website ini mengarsipkan hampir semua website dari hampir setiap waktu. Jadi saya bisa melihat website saya dulu di tahun 2015-2016, dan mensalin kembali konten-kontennya.
Alhamdulillah, pada Bulan Oktober 2017 lalu, Takatik back in action!
That’s it, that’s my story. Sekarang kamu bisa belajar dari semua pengalaman dan kesalahan yang pernah saya lakukan. Rencanakan hidupmu baik-baik. Ketika kamu jatuh, jangan lupa untuk bangun lagi. Di setiap kesusahan, pasti ada kemudahan setelahnya. Jangan menyerah!
Mungkin ini akhir dari cerita yang puanjang banget ini, tapi awal baru dari petualangan bersama blog saya – Takatik.
How’s your story? Cerita dong….
Tertarik untuk mulai blogging? Sekarang semakin dipermudah lho! Yuk mulai membuat website sendiri dengan Domainesia! Di sini kamu juga bisa memilih berbagai paket Hosting untuk pemula. Pokoknya gampang, deh!
All the best 4 u Ihya.
Matur nuwun sanget Pak, kost Villazone the best kost
besok kalo ada projek ke domainesia aja mas. panduannya lengkap kalo mau utak atik https://www.domainesia.com/panduan/
makasih banyak mas, bisa saya coba
Masya Allah…semangat terus yaa nak.. Allah pasti punya rencana buatmu.. Tulisan ini bikin bunda terharuuu..
Semangat terus mas ihya…guru terbaik adalah pengalaman hidup yg kita jalani…
ajarin zaydan ya…dia juga suka utak atik tuh.. belajar desain..
Siap Om, makasih banyak nasihatnya.
Nanti kalau ketemu lagi yaaa
Wahh menarik sekali penjelasannya. Terimakasih sudah berbagi dan inspirasinya 🙂
sangat inspirasi sekali mas, saya juga mantap user mywapblog, sekarang pindah ke blogger, blog saya elysetiawan.com pengin sih pindah ke wp, tp belim ada dana buat beli hosting.
Asik ada alumni MWB juga 😀 Gapapa mas, mau di blogger ya juga gapapa, sambil perlahan-lahan belajar WordPress dan nabung beli hosting
“mensalin kembali konten-kontennya”
Pernyataan mas ini, apa boleh mas ? Menyalin kembali? engga kenapa dihitung plagiat kah?
Mohon arahannya suhu 🙂
Monggo dibaca dan dipahami kembali kalimat saya mas – saya menyalin kembali konten-konten lama yang saya buat sebelum website saya down. Saya nggak punya data backup website saya, jadi saya pakai wayback machine yang merekam konten-konten tersebut.
Kak,, saya salah satu orang yang suka banget sama yang namanya teknologi. Dan pengin berkarir dengan teknologi. Bisa tolong bantu saya kak?
Bantu apa mbak?
Saya juga pengin berkarir dengan teknologi
Wahh pembahasan yang sangat menginspirasi. Terima kasih karena sudah berbagi pengalaman ngeblog dan bikin web. Saya sendiri baru terjun di dunia blogging dan masih banyak hal yang harus dipelajari.
Mantap mas, hampir sama dulu juga mulai dari blog gratisan yaitu blogger.com, terus sempet maen di mywapblog juga, sampe akhirnya bikn wordpress, lalu sampai akhirnya punya domain dan hosting sendiri
Wuih kurang lebih sama kita jalannya. Sukses gan saktian.com yaaa